Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tinta Akhir Tahun

(Karya: Erwin Hartono)   Ketika tinta akhir tahun kuhujamkan dalam secarik kertas yang masih tersisa di halaman paling belakang haruskah aku bercermin pada tahun yang akan berlalu yang hanya tinggal kenangan dalam kaleidoskop kehidupan   ketika tinta akhir tahun kutancapkan di bumi ibu pertiwi yang masih bervirus Covid-19 lewati masa bertahun kelabu tinggal kenangan menunggu detik pergantian tahun dengan melodi siap ditiup trompet tahun baru   ketika tinta akhir tahun tinggal setitik untuk lukiskan luasnya lautan kehidupan menatap masa depan biarlah sampai di sini akhir tulisan dalam lembar kehidupan yang akan dikenang untuk menatap tahun baru.                   Pekanbaru, 30 Desember 2020

Perayaan Ulang Tahun

(By: Erwin Hartono) Foto ilustrasi google.com Seorang siswa pernah bertanya, sir merayakan ulang tahun, itu untuk yang hidup ya, sir. Dengan sedikit mengerut kan kening, saya memikirkan jawaban siswa kelas 6 SD itu, sebut saja namanya Roma. Saya tidak mau asal jawab, apalagi hoaks (berita bohong). Sebab saya tidak suka menyebar berita bohong dan tidak suka mengadu domba, apalagi memecah belah umat manusia.   Saya lumayan lama memikirkan, memang setiap manusia yang lahir ke dunia pasti memiliki hari ulang tahunnya masing-masing. Namun ulang tahun juga menjadi peringatan pada beberapa momen seperti perayaan ulang tahun pernikahan, kenaikan jabatan, pangkat, dan sebagainya. Ada juga ulang tahun sebuah lembaga. Tapi intinya, saya mengarahkan ulang tahun kepada yang hidup dan kepada manusia.   Si Roma yang bertanya tampak masih penasaran. Saya membiarkan rasa penasaran itu, sebagai guru saya ingin dia memiliki pemikiran yang kritis dan cerdas, sambil menunggu, apalagi pertanyaannya.   Benar

Natal di Tengah Corona

(Karya: Erwin Hartono)   Berderai waktu menapaki hidup genapi nubuatan para nabi untuk kelangsungan dunia berwujud seorang manusia di tengah kesunyian malam hanya diterangi bintang timur bayi munggil harus terlahir lewat rahim tanpa dosa, tanpa cela   Hari ini, dua ribu tahun lebih penyelamatan terus terjadi walau di tengah badai covid-19 walau kesunyian selimuti hari kelahiran tak seramai pesta kelahiran tahun lalu walau setiap gereja terjadi pembatasan tak jadi penghalang tak jadi pembatas sebab Yesus lahir untuk setiap kita   Hari ini, ketika dunia berduka hampir setahun berwabah dalam dekap virus corona namun bukan akhir sebab akan lahir penyelamat manusia di setiap hati kita   Biarlah pembatasan terjadi biarlah jagak jarak terjadi biarlah tak berjabat tangan biarlah tak berkunjung bukan membatalkan kemuliaan kelahiran bukan menghilangkan kekhusukan perayaan sebab Yesus lahir dalam kesunyian   Hari ini kabar sukacita dibawakan untuk selamatkan kita dari dosa untuk selamatkan k

Natal Hampir Tiba

  Sebentar lagi kita akan merayakan hari Natal. Bersyukur kita masih diberikan kesehatan oleh-Nya. Lukisan Derren , siswa kelas 6C SD Kalam Kudus Pekanbaru merupakan gambaran  menyambut Natal. Selamat menyambut hari Natal, 25 Desember 2020 teman-teman.

Surat November

 (Karya: Erwin Hartono) Surat ini ditulis dengan tinta dan air mata darah kemerdekaan ini diraih dengan taruhan nyawa dihadapan peluru penjajah demi kehidupanku, demi kehidupanmu, demi kehidupan kita sertivikat tertinggi kemerdekaan ditorehkan dengan tinta emas jangan hancurkan dengan pidato-pidatomu dengan aksi orasimu dengan debatmu di kamera tivi jangan hancurkan dengan kata kebencian menebar di media sosial sebab persatuan adalah jiwa kesatuan adalah nafas perbedaan jadi warna-warni yang indah jangan hancurkan sebab Indonesia bukan untuk hari ini Indonesia adalah milik kita biarlah bhineka tunggal ika yang sudah terpatri jangan dicerai beraikan hanya untuk memenuhi keinginan sebab Indonesia bukan hanya hari ini biarlah pembangunan terus bergeliat sepanjang jalan negeri menerobos seluruh pelosok jangan dirusak jangan dibakar jangan dihancurkan sebab Indonesia bukan untuk hari ini saja yang harus musnah karena wabah corona membara di sekitar kita siap mengantarkan nyawa mari bersama-

Lukisan Karya: Derren (Kls VIC SD Kalam Kudus Pekanbaru)

  Lukisan Pemandangan

Menggali Kuburan Sendiri

(Karya: Erwin Hartono) Di tengah hari yang panas seperti ini, Dian masih terlelap tidur. Seperti hari-hari yang lalu, Dian akan terbangun ketika perutnya sudah terasa lapar. Ketika terjaga dari tidur, langsung dapur jadi sasarannya, apalagi kalau tidak mencari makanan, apa yang bisa mengganjal perut.   Namun hari itu sangat berbeda dari kebiasaannya, Dian bukan langsung mencari makanan, melainkan dia menuju ke halaman belakang rumah, langsung mengambil pacul dan menggali lubang. Sudah hampir satu jam, Dian masih terus menggali dan terus menggali. Galian yang dilakukan Dian sudah sangat dalam, bahkan saking dalamnya, kepala Dian pun sudah tak terlihat lagi. Yang muncul kepermukaan hanyalah tanah dari hasil galiannya.   Mengapa Dian menggali lubang? Tetangga tak ada yang tahu karena rumah Dian dikelilingi tembok. Rumah yang sangat kecil itu, terdiri dari kamar tidur dan toilet dan sedikit pekarangan di belakang.   Anehnya, Dian tak kunjung lapar. Pada hal Dian sudah bangun sian

Merah Putih Vs Covid

 Karya: Erwin Hartono Berkibar tinggi benderaku sebuah simbol kemerdekaan yang sudah 75 tahun mengibari Indonesia mengibari semangat kebangsaan mengibari harga diri yang harus dibawa mati sebagai bukti ketangguhan pahlawan dengan senjata pas-pasan berhadap hadapan pun tak gentar walau pelor-pelor dilontar takkan mundur sejengkal pun hanya bermodal semangat untuk menyayat sayat setiap musuh walau dengan golok tumpul tak jadi penghalang  Kini bangsaku kembali dijajah musuh tak terlihat satu-satu rebah tanpa nyawa satu-satu tertular covid-19 mengganas menghantam pertahanan diri haruskah kita menyerah ? untuk menurunkan kegagahan sang saka merah putih kini bangsaku harus diselamatkan biarlah merah putih terus berkibar untuk mengusir penjajahan covid-19.         Pekanbaru, 18 Agustus 2020

Aksara yang Bernanah

Karya: Erwin Hartono   (Sumber foto: Animasi google) Gejolak rasa di dada terbuncah keluar bagai air tanpa selang mengenai dahi kami membasahi jidat kami membanjiri muka kami tak tahu diri dengan arahan pikiran tanpa kendali dan data butakan mata hati benci tapi mau mau tapi benci benci tapi mau mau tapi benci   benci mau-mau mau benci benci benci mau-mau mau benci benci....   engkau kata-katai setiap kebijakan engkau nodai setiap tindakan engkau kotori setiap perbuatan demi sebuah penghargaan untuk disemat simbol-simbol perjuangan demi sebuah jasa, itu katamu demi sebuah pengabdian, itu katamu demi sebuah buah aksaramu yang sudah bernanah.                                         Pekanbaru, 14 Agustus 2020    

Online Vs Tuhan

{Karya: Erwin Hartono} Ketika jaringan itu dihantam badai haruskah kita kehilangan hidup grasak grusuk tak tentu padahal kita masih bisa hidup tanpa dihantui jaringan aneh, zaman aneh jaringan sudah berganti makanan pokok jaringan sudah berganti oksigen jaringan sudah berganti darah kehidupan aneh, zaman aneh ketika kehilangan jaringan banyak yang hampir mati pada hal jaringan membuat mati rasa jaringan membuat tak peduli jaringan mengacau keluarga jaringan merusak anak jaringan merusak saku jaringan merusak moral jaringan merusak sendi kehidupan haruskah kita dewakan jaringan online bagai Tuhan  bagai persembahan bagai kidung pujian tanpanya, seolah dunia lenyap sepertinya perlu ada virus baru untuk menyejukkan alam sejenak dari segala jaringan.                                         Pekanbaru, 12 Agustus 2020

"Koran Pembawa Maut"

 Karya: Erwin Hartono                                            (Ilustrasi: animasi google) Badannya yang tambun tidak menjadikan Dadang malas dan hilang kegesitan. Tanpa komando pagi itu, dia sudah teriak-teriak dan mondar mandir dari satu kendaraan ke kendaraan lain. Bak seorang polisi lalu lintas atau seorang preman jalanan tidak mengenal takut tergilas oleh roda-roda kendaraan yang setiap saat siap melahap badannya yang tambun itu.  Dia tidak menghiraukan pengendara yang berhilir mudik dihadapannya, sambil sesekali suara klakson yang memecahkan gendang telinga. Tanpa bergeming dari klakson yang memekakkan itu, dia menawarkan koran di tangannya sambil mempertontonkan tingkah polah yang tambun, dengan sedikit bergoyang-goyang, seperti tarian Inul penggebor aspal. Para pengendara sudah terbiasa melihat hal semacam itu setiap harinya di persimpangan Jalan Sudirman. Namun anehnya, pagi itu Dadang tidak muncul di keramaian lalu lintas. Biasanya dia sudah menawarkan sejumlah koran harian

Gelombang Pendemi

Karya: Erwin Hartono Dari waktu ke waktu gelombang itu semakin tinggi kalahkan tsunami kalahkan ombak yang mengamuk yang masuk ke seluruh bumi untuk mencari yang tak bermasker gulungan yang mematikan dalam gulungan gelombang covid hancurkan raga luluh lantakkan pusat nafas jutaan manusia mati sia-sia masih juga menari dalam tarian tanpa masker dalam nyanyian tanpa aturan jarak setiap keras kepala hari demi hari masih berani berdiri dihadapan keramaian masih tak peduli urusan gelombang pendemi covid 19.                                                     Pekanbaru, 2 Agustus 2020

Kado Pekanbaru Kota Madani

(Karya: Erwin Hartono) Jejak usia kotaku Dalam rentang waktu Terus bertambah Bertambah-tambah Terus bertambah-tambah Berbenah-benah Terus berbenah-benah Dalam wajah kemajuan Di tengah badai corona Oh.....kotaku kota madani Inilah rumah kami Yang sedang diporakporanda virus corona Oh....kotaku kota Pekanbaru Tempatku dilahirkan dan bersekolah Yang sedang dilanda virus corona Haruskan belajar jarak jauh Oh.....kotaku kota Bertuah Tempatku bermain bersama teman-teman Harus terhenti oleh virus corona Oh..... Pekanbaru smart city Yang harus kita benahi Kita jaga dan pelihara Dari berbagai prahara dan virus corona Kala kupandang jauh Dari jembatan leighton Terlihat geliat pembangunan Di tengah badai corona Smart city madani Smart city madani Smart city madani..... Kotaku Semakin hari semakin bersolek Gedung-gedung pencakar langit Membubung tinggi hiasi bumi lancang kuning kado terindah kota madani Di hari jadi Pekanbaru 236.

Apa Katamu?

(Karya: Erwin Hartono) Siapakah engkau ketika berkata-kata tanpa sekat kapan berhenti untuk membuncahkan kata-kata tanpa makna kebaikkan selalu sakiti lewat perkataan sendiri siapakah engkau yang selalu mendengki melihat hari-hari kehidupan tanpa hati lewat apa katamu?         Pekanbaru, 1 Juni 2020

Keramaian yang Sunyi

(Karya: Erwin Hartono) Kala keramaian itu memuncak Semua bersatu dalam suka ria Senandung gembira disuarakan Walau hanya sesaat Sebab begitu cepatnya Keramaian jadi sunyi sepi Bagai kota mati Tanpa penghuni Di mana keramaian wisata diri Yang dulu padati sesaki langkah-langkah Berjalan tanpa lelah Menapaki setiap tempat Di kota itu Hanya tersisa kesunyian Demi sebuah Corona Yang sedang lewat Menebar maut Dalam setiap langkah Menebar bencana Dalam setiap tempat Di sudut kota itu Kita pernah duduk duduk Sekadar menyaksikan keramaian Namun semua sirna Demi wabah Corona Keramaian kota Malaka Jadi sunyi senyap.            

Pintu Global Terkunci

(karya: Erwin Hartono) Ketika dunia tervirus wabah di mana-mana hingga ke pelosok diri harus sendiri terkunci dalam hening kengerian Di sinilah tempat bersemedi menikmati alam berwabah corona mengincar setiap nafas merentakan usia hidup          Hidup menjadi bulan-bulanan          corona begitu mengganas          hampir tak punya rasa          ruangan jadi sempit          pintu global pun dikunci rapat          inilah corona jadi kunci          hidup dan mati.                                Pekanbaru, 14 Maret 2020

Merajut Waktu

(Karya: Erwin Hartono) Sebuah kenangan terpotret dalam kerelaan lensa merekam setiap gerak langkah dibuat dalam memori yang dipaksa penuh demi sebuah maha karya Sebuah kenangan terpotret di tengah alam di tengah gedung-gedung tinggi jadi latar yang dipaksakan berpose tanpa make up berdiri dihadapan kamera hand phone demi sebuah rajutan waktu untuk dikenang dalam memori.         Pekanbaru, 12 Februari 2020

Bersimpuh Aku di Balik Kasih Sayang

(Karya: Erwin Hartono) Ibu…. engkaulah ruang teduh tempatku berlindung dari pagi hingga sore dari malam hingga subuh selalu membuat-ku tak pernah hilang arah hilang langkah hilang kasih sayang Oh, ibu..... engkau mencari nafkah menjemput berkah untuk anak-anakmu agar kami tak hidup susah tanganmu tak henti bekerja sediakan makanan kami engkau terus mengawasi setiap gerak dan langkah kami hingga masalah jadwal sekolah selalu ingatkan dan bimbing kami mengerjakan PR hingga mengantarkan kami sekolah Oh, ibu..... kasih sayang ibuku terukir sejak di kandungan kasih sayang ibuku tertanam sejak kuterlahir kasih sayang ibuku oh......engkaulah malaikatku, ibu.... bersimpuh aku di balik kasih sayang yang tiada henti mengalir bagai air sepanjang hayatmu terus mengalir oh.....engkaulah tempat harapan dan doa kupanjatkan tersebut nama ibuku yang selalu menemani hari-hariku yang selalu menemani masa bermainku yang selalu menemani belajarku yang selalu menemani tidurku yang selalu mengingatku hingg

Kembali Terjadi

(karya: Erwin Hartono) Riak riak yang menakutkan Lewat lewat dengan mengerikan Kembali Datang Kembali Datang Datang kembali Bencana Perang Iri, dengki, prostitusi dan judi Masih terus terjadi Untuk terus menguji.                           Pekanbaru, 8 Januari 2020