Karya: Erwin Hartono
(Ilustrasi: animasi google)
Badannya yang tambun tidak menjadikan Dadang malas dan hilang kegesitan. Tanpa komando pagi itu, dia sudah teriak-teriak dan mondar mandir dari satu kendaraan ke kendaraan lain. Bak seorang polisi lalu lintas atau seorang preman jalanan tidak mengenal takut tergilas oleh roda-roda kendaraan yang setiap saat siap melahap badannya yang tambun itu.
Dia tidak menghiraukan pengendara yang berhilir mudik dihadapannya, sambil sesekali suara klakson yang memecahkan gendang telinga. Tanpa bergeming dari klakson yang memekakkan itu, dia menawarkan koran di tangannya sambil mempertontonkan tingkah polah yang tambun, dengan sedikit bergoyang-goyang, seperti tarian Inul penggebor aspal. Para pengendara sudah terbiasa melihat hal semacam itu setiap harinya di persimpangan Jalan Sudirman.
Namun anehnya, pagi itu Dadang tidak muncul di keramaian lalu lintas. Biasanya dia sudah menawarkan sejumlah koran harian, sambil berteriak "Corona Jadi Raja Dunia", "Corona Akan Musnahkan Manusia" dan semua bentuk yang menakutkan ditawarkannya. Karena baginya ucapan yang dilontarkan seenaknya di tengah keramaian itu bisa mendongkrak hasil penjualan korannya. Bagai seorang selebritis iklan dalam menawarkan produk. Baginya yang penting koran di tanganya laku, tak penting lah dengan tutur bahasa benar atau tidaknya sesuai EYD.
Terlihat di raut wajah para pengendara yang selalu lewat di persipangan Sudirman itu, merasa pagi itu ada yang aneh. Mereka tidak mendengar teriakan Dadang yang sedikit usil di tengah-tengah arus kendaraan yang sedang berhenti di lampu merah. Mereka bertanya di hati, "kemana Dadang", "kemana si tambun yang berlenggak lenggok", "kemana candaan penjual koran itu".
Tidak seperti biasanya persimpangan Sudirman itu ramai dengan teriakkan tak karuan dari Dadang. Para pengendara yang melintas dipersimpangan itu sudah terbiasa dengan teriakan dadang yang lucuh dengan ketambunan badannya, dia tampak lincah. Hal ini sebenarnya sudah menjadi penghibur para pengendaraan selama ini secara tidak langsung. Terlihat dari raut wajah para pengendara merasa kehilangan akan teriakan-teriakan Dadang yang sudah dijadikan musik penghibur yang mengasyikkan.
Ketika lampu merah menyala, para pengguna jalan yang kebanyakan pengendara mobil merasa keheranan, pasti mereka sedang bertanya-tanya "di mana si Dadang dengan tubuh tambunnya yang selalu menawarkan koran di tangan, sambil sekali-kali meneriakkan korban nyawa melayang akibat corona."
Seorang pengendara mobil Toyota Avanza memanggil pedagang koran yang juga teman Dadang dan para gepeng, tapi bukan untuk membeli koran, "Di mana Dadang," teriak pengendara dari balik kaca mobilnya.
Seorang dari mereka menghampiri pengendara Toyota Avanza hitam itu. "Dadang sudah mati".
Sontak para pengedara lain yang sedang berbaris di belakang pun membuka kaca mobilnya seolah tidak percaya. "Mati," tanya pengendara di belakangnya.
"Mati kenapa," tanya pengendara di samping.
"Kami tidak boleh melayatnya, dilarang. Kata petugas kesehatan yang menghadang kami, Dadang mati karena corona," jawab padagang koran lainnya.
Hal ini membuat para pengendara ketakutanan, sebab beberapa dari pengendara ini rajin membuka kaca mobilnya ketika si Dadang dengan gaya tubuh tambunnya sedang berlalu lalang di tengah-tengah kendaraan yang sedang menunggu antrean di lampu merah. Hanya sekedar meledek atau hanya sekedar menyapa dan sebagian membeli koran di tangan Dadang.
Mereka khawatir tertular virus corona. "Waduh bisa parah ini, berapa banyak pengendara yang bertemu langsung sama Dadang," ungkap pengendara motor.
Tiba-tiba kekisruhan itu dipecahkan oleh mobil petugas polisi. Polisi dengan pengeras suara menyampaikan setiap pengendara yang bersentuhan atau kontak langsung dengan Dadang si penjual koran di persimpangan Sudirman itu, menyarankan untuk memeriksakan dirinya di paskes kesahatan.
Dadang yang selalu menghibur para pengendara yang melintas di persimpangan Sudirman itu, kini membawa petaka. Ternayata di balik tubuh tambun dan lucu itu membawa virus, kalau diistilahkan orang tanpa gejala.
"Koran pembawa maut," teriak beberapa pengendara.
Akhirnya petugas kepolisian bersama dengan petugas kesehatan langsung memboyong semua teman-teman Dadang yang seprofesi dengan dia sebagai penjaja koran jalanan. Mereka langsung dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa kesehatannya. Terlihat di raut wajah para pengendara ketakutan, mereka cepat-cepat tancap gas ketika lampu hijau menyala. Persimpangan Sudirman tiba-tiba jadi senyap di tinggal mati Dadang dengan berjuta virus corona. Petugas menyemprotkan disinfektan. Terkhusus tempat-tempat yang dilalui Dadang. ***
Komentar
Posting Komentar