Langsung ke konten utama

Asal Usul Sungai Siak

         Pada zaman dahulu, di sekitar daerah Sungai Siak, terdapat banyak petani cabai yang sangat bergantung pada hasil panen cabai mereka. Namun, suatu musim, cabai gagal panen dan banyak yang membusuk. Para petani sangat kecewa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan cabai yang busuk itu.

Dalam keputusasaan, mereka memutuskan untuk membuang cabai yang busuk itu ke dalam Sungai Siak. Hari demi hari, cabai yang busuk terus dibuang ke dalam sungai, membuat air sungai menjadi pedas dan berwarna kemerahan.

Suatu hari, sekelompok orang Batak berlayar di Sungai Siak, mencari tempat untuk beristirahat dan mengisi persediaan air. Mereka merasa haus dan tidak ada air bersih di sekitar, sehingga mereka memutuskan untuk meminum air sungai.

Saat mereka meminum air sungai, mereka langsung merasakan kepedasan yang sangat kuat. Mereka serentak mengatakan "Siak!" karena dalam bahasa Batak, "siak" berarti pedas.

"Siak kali air sungai ini, bah. Berarti ini Sungai Siak namanya," kata mereka.

Dan sejak itu, sungai itu dikenal sebagai Sungai Siak, sebagai pengingat akan kejadian itu. Orang-orang di sekitar sungai percaya bahwa nama Siak berasal dari kepedasan air sungai yang disebabkan oleh cabai yang dibuang ke dalamnya.

Cerita legenda ini dianggap sebagian orang, menjadi bagian dari sejarah dan budaya masyarakat di sekitar Sungai Siak, mengingatkan mereka akan pentingnya menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. (Erwin Hartono)


Profil:

Erwin Hartono, S.Pd kelahiran Pekanbaru, 4 Desember 1975. Menyelesaikan Sarjana Pendidikan (S1) FKIP Bahasa Indonesia Unri Pekanbaru (1999). Berkecimpung di dunia jurnalistik sejak tahun 2000.

- Wartawan/redaktur Harian Haluan Riau), Mingguan Sinar, Harian Metro Riau, Harian Vokal (Detil)  sampai sekarang 2025 (nadariau.com).

- Guru Bahasa Indonesia sejak 2002-sekarang.

- Dosen MKDU (mata kuliah Bahasa Indonesia) di Perguruan Tinggi Persada Bunda 2013-2017.

- Memulai kiprahnya sebagai aktor teater sejak 1995 di Bengkel Teater Bersama (Taman Budaya Riau) dan mementaskan beberapa naskah teater.

- Rutin menggarap pementasan teater anak-anak (sutradara dan penulis skenario) pada setiap pemetasan atau even sekolah sejak tahun 2002.

- Karya-karya puisi, cerpen, dan artikel sosial dan politik dimuat di Bahana Mahasiswa, Majalah Budaya Sagang, Riau Pos, Riau Mandiri (Haluan Riau), Metro Riau, dan media online lainnya. - - Mengikuti berbagai lomba, diantaranya; kritik sastra, Dewan Kesenian Riau (2001), pembuatan lambang dan moto Kabupaten Rokan Hulu (5 Februari 2001), karya tulis IMTAQ dan IPTEK, Departemen Pendidikan Nasional (1 November 2004)

- Membacakan puisi dan Cerpen di berbagai event Dewan Kesenian Riau

-  Penulisan naskah buku pengayaan, Pusat Perbukuan Depdikbud (4 November 2008)

- Sayembara penulisan naskah buku pengayaan, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (17 November 2009)

- Sayembara penulisan naskah buku pengayaan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (24 Oktober 2011)

- Menjadi juri pidato, mendongeng, dan puisi dalam berbagai event lomba.

 

Karya Buku

-          Antologi Puisi Bersama “Lima Wajah” (Unri Press 2002)

-          Antologi Cerpen Bersama “Terbang Malam” (Yayasan Sagang, Pekanbaru 2002)

-          Antologi Puisi Bersama “Puisi Religi” (Tirta Kencana 2004)

-          Penyusun Buku Kumpulan Puisi “Kemilau Emas di Bangku Sekolah” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2006)

-          Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Fajar Gemilang di Bangku Sekolah” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2007)

-          Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Mutiara Berkilau Terangi Masa Depan” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2008)

-          Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Pelangi di Tengah Hutan Pendidikan” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2009)

-          Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Mentari Masa Depan” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2010)

-          Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Bintang Harapan Bangsa” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2011)

-          Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Tiga Matahari dalam Satu Masa” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2012)

-          Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Pahlawan Alam Menggapai Bintang” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2013), hingga memperoleh Rekor Muri dalam pembuatan buku anak-anak secara rutin sejak tahun 2006.

-          Antologi Cerpen “100 Tahun Cerpen Riau” (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau 2014)

Editor Buku:

-          “Etnis Cina: Antara  Mengangkat Batang Terendam dan Lahan Pemerasan” (Nyoto,  Unilak Press 2002)

-          “Rekonstruksi Problematika Minoritas Tionghoa di Indonesia: Berbagai Kasus, Inpres, Keppres, Undang-undang dan Peraturan Diskriminasi” (Nyoto, Unri Press 2002)

-          “Si Anak Tiri Republik: Fenomena Kehidupan Sosial Politik” (Nyoto, Unri Press 2005)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks Eksposisi

  Tema teks: Lingkungan Bagian Tesis: Musim panas yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Seperti kita ketahui sudah berlangsung cukup lama. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan efek kekeringan air. Namun sebagian besar wilayah di Sumatra dan Kalimantan mengalami kebakaran hutan. Kondisi masyarakat disana hingga saat ini dapat dikatakan memprihatinkan. Kebakaran hutan yang terjadi berdampak pada munculnya fenomena kabut asap. Kita menyaksikan banyak warga yang harus berhenti beraktivitas. Ini terjadi karena kabut asap sudah sangat mengganggu. Jika terus dibiarkan akan berdampak kurang baik untuk kesehatan warga.   Argumentasi: Berdasarkan informasi di lapangan saat ini. Titik api terutama untuk wilayah Sumatera. Khususnya di daerah Riau sudah cukup banyak. Penyebab kebakaran hutan ini belum dapat diidentifikasi. Namun kita juga perlu waspada karena kejadian ini terus-menerus berulang setiap tahun. Di Sumatra sendiri ditemukan beberapa titik api yang hingga kini su...

Infografis Sekolahku Bersih

Infografis (Karya: Artika/kelas 6C)  

Puisi dan Parafrasa

Nelayan Nelayan setiap hari kau pergi Ke laut untuk mencari ikan Untuk memenuhi kebutuhan keluarga Walau ada badai dahsyat kau tak peduli. Bentuk Parafrase puisi ke prosa: Nelayan setiap hari pergi ke laut untuk mencari ikan tanpa kenal lelah. Dia melakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga di rumah yang selalu menanti dengan penuh kecemasan.Walau ada badai dahsyat yang menerpa, namun dia tetap tak peduli demi kelangsungan hidup sehari-hari. =================================== Tangisan Air mata Bunda Dalam Senyum kau sembunyikan letihmu Derita kala siang dan malam menimpamu tak sedetik pun menghentikan langkahmu Untuk bisa Memberi harapan baru bagiku Bentuk Parafrase puisi ke prosa: Ibu tetap tersenyum walaupun dalam kondisi letih. Meskipun bekerja keras ketika siang dan malam, tidak pernah sedetik saja ia menyerah. Untuk tetap bisa memberikan harapan baru bagi anaknya.