Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Menggali Kuburan Sendiri

(Karya: Erwin Hartono) Di tengah hari yang panas seperti ini, Dian masih terlelap tidur. Seperti hari-hari yang lalu, Dian akan terbangun ketika perutnya sudah terasa lapar. Ketika terjaga dari tidur, langsung dapur jadi sasarannya, apalagi kalau tidak mencari makanan, apa yang bisa mengganjal perut.   Namun hari itu sangat berbeda dari kebiasaannya, Dian bukan langsung mencari makanan, melainkan dia menuju ke halaman belakang rumah, langsung mengambil pacul dan menggali lubang. Sudah hampir satu jam, Dian masih terus menggali dan terus menggali. Galian yang dilakukan Dian sudah sangat dalam, bahkan saking dalamnya, kepala Dian pun sudah tak terlihat lagi. Yang muncul kepermukaan hanyalah tanah dari hasil galiannya.   Mengapa Dian menggali lubang? Tetangga tak ada yang tahu karena rumah Dian dikelilingi tembok. Rumah yang sangat kecil itu, terdiri dari kamar tidur dan toilet dan sedikit pekarangan di belakang.   Anehnya, Dian tak kunjung lapar. Pada hal Dian sudah bangun sian

Merah Putih Vs Covid

 Karya: Erwin Hartono Berkibar tinggi benderaku sebuah simbol kemerdekaan yang sudah 75 tahun mengibari Indonesia mengibari semangat kebangsaan mengibari harga diri yang harus dibawa mati sebagai bukti ketangguhan pahlawan dengan senjata pas-pasan berhadap hadapan pun tak gentar walau pelor-pelor dilontar takkan mundur sejengkal pun hanya bermodal semangat untuk menyayat sayat setiap musuh walau dengan golok tumpul tak jadi penghalang  Kini bangsaku kembali dijajah musuh tak terlihat satu-satu rebah tanpa nyawa satu-satu tertular covid-19 mengganas menghantam pertahanan diri haruskah kita menyerah ? untuk menurunkan kegagahan sang saka merah putih kini bangsaku harus diselamatkan biarlah merah putih terus berkibar untuk mengusir penjajahan covid-19.         Pekanbaru, 18 Agustus 2020

Aksara yang Bernanah

Karya: Erwin Hartono   (Sumber foto: Animasi google) Gejolak rasa di dada terbuncah keluar bagai air tanpa selang mengenai dahi kami membasahi jidat kami membanjiri muka kami tak tahu diri dengan arahan pikiran tanpa kendali dan data butakan mata hati benci tapi mau mau tapi benci benci tapi mau mau tapi benci   benci mau-mau mau benci benci benci mau-mau mau benci benci....   engkau kata-katai setiap kebijakan engkau nodai setiap tindakan engkau kotori setiap perbuatan demi sebuah penghargaan untuk disemat simbol-simbol perjuangan demi sebuah jasa, itu katamu demi sebuah pengabdian, itu katamu demi sebuah buah aksaramu yang sudah bernanah.                                         Pekanbaru, 14 Agustus 2020    

Online Vs Tuhan

{Karya: Erwin Hartono} Ketika jaringan itu dihantam badai haruskah kita kehilangan hidup grasak grusuk tak tentu padahal kita masih bisa hidup tanpa dihantui jaringan aneh, zaman aneh jaringan sudah berganti makanan pokok jaringan sudah berganti oksigen jaringan sudah berganti darah kehidupan aneh, zaman aneh ketika kehilangan jaringan banyak yang hampir mati pada hal jaringan membuat mati rasa jaringan membuat tak peduli jaringan mengacau keluarga jaringan merusak anak jaringan merusak saku jaringan merusak moral jaringan merusak sendi kehidupan haruskah kita dewakan jaringan online bagai Tuhan  bagai persembahan bagai kidung pujian tanpanya, seolah dunia lenyap sepertinya perlu ada virus baru untuk menyejukkan alam sejenak dari segala jaringan.                                         Pekanbaru, 12 Agustus 2020

"Koran Pembawa Maut"

 Karya: Erwin Hartono                                            (Ilustrasi: animasi google) Badannya yang tambun tidak menjadikan Dadang malas dan hilang kegesitan. Tanpa komando pagi itu, dia sudah teriak-teriak dan mondar mandir dari satu kendaraan ke kendaraan lain. Bak seorang polisi lalu lintas atau seorang preman jalanan tidak mengenal takut tergilas oleh roda-roda kendaraan yang setiap saat siap melahap badannya yang tambun itu.  Dia tidak menghiraukan pengendara yang berhilir mudik dihadapannya, sambil sesekali suara klakson yang memecahkan gendang telinga. Tanpa bergeming dari klakson yang memekakkan itu, dia menawarkan koran di tangannya sambil mempertontonkan tingkah polah yang tambun, dengan sedikit bergoyang-goyang, seperti tarian Inul penggebor aspal. Para pengendara sudah terbiasa melihat hal semacam itu setiap harinya di persimpangan Jalan Sudirman. Namun anehnya, pagi itu Dadang tidak muncul di keramaian lalu lintas. Biasanya dia sudah menawarkan sejumlah koran harian

Gelombang Pendemi

Karya: Erwin Hartono Dari waktu ke waktu gelombang itu semakin tinggi kalahkan tsunami kalahkan ombak yang mengamuk yang masuk ke seluruh bumi untuk mencari yang tak bermasker gulungan yang mematikan dalam gulungan gelombang covid hancurkan raga luluh lantakkan pusat nafas jutaan manusia mati sia-sia masih juga menari dalam tarian tanpa masker dalam nyanyian tanpa aturan jarak setiap keras kepala hari demi hari masih berani berdiri dihadapan keramaian masih tak peduli urusan gelombang pendemi covid 19.                                                     Pekanbaru, 2 Agustus 2020