Sudah berbulan-bulan lamanya Randi kebingungan mencari kerja. Randi sudah memasukkan berkas lamaran ke beberapa perusahaan, tetapi belum ada jawaban sama sekali.
Tanpa adanya pekerjaan yang jelas, hari-harinya terasa hambar. Setiap hari, Randi hanya ke sana kemari tidak jelas. Randi kebingungan, mau mencoba usaha, tetapi modal juga belum ada.
Suatu hari, Randi membuat janji bertemu dengan teman lamanya. Randi ingin menceritakan permasalahannya itu. Ketika Randi sedang dalam perjalanan ke rumah temannya, samar-samar Randi melihat sesuatu di samping jalan, dekat trotoar. Sepertinya, itu adalah dompet.
Karena penasaran, Randi pun mendekat untuk memastikannya. Ternyata memang benar sebuah dompet kulit berwarna cokelat. Tanpa berpikir lama, Randi pun membuka dompet itu.
Randi sangat terkejut mendapati bahwa isi dari dompet yang ia temukan adalah KTP, kartu ATM, kartu kredit serta sejumlah uang yang lumayan banyak.
“Wah rejeki nih!” ujarnya dalam hati. Randi ingin mengambil uang dalam dompet itu.
Akan tetapi, Randi berubah pikiran. Ia berinisiatif untuk mengantarkan dompet itu ke pemilik dalam KTP tersebut. Jadi, ia membawa dompet tersebut dan melanjutkan perjalanan ke rumah temannya.
Sesampainya di rumah teman lamanya, Randi pun menceritakan semua masalah yang ia hadapi. Setelah selesai, Randi langsung berangkat menuju alamat sesuai KTP dalam dompet yang ia temukan untuk mengembalikan dompet itu.
Randi mencari-cari alamat serta nama dari pemilik dompet sesuai dengan KTP. Setelah sampai di alamat yang sama dengan yang tercantum di KTP, Randi memberanikan diri untuk memencet bel di depan.
Tidak lama, ada seseorang yang keluar. Kemudian Randi bertanya pada Ibu itu, “Permisi, Bu, saya mau bertanya. Apa benar ini rumah Pak Bima?”
“Iya benar, Mas. Maaf, Anda siapa dan ada keperluan apa?” Ibu itu menjawab dan bertanya kembali.
“Perkenalkan, Bu, saya Randi. Saya kemari ingin bertemu dengan Pak Bima. Ada urusan yang sangat penting.” jawabnya.
Ternyata, Pak Bima ada di rumah dan Randi diminta untuk masuk ke dalam rumah. Randi duduk di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, Pak Bima pun muncul.
Randi mengatakan maksud dan tujuannya seraya menyerahkan dompet yang ia temukan di jalan. Dompet itu masih lengkap dengan isinya. Karena penasaran dengan anak muda yang ia temui, Pak Bima bertanya, “Kamu tinggal di mana, Nak? Juga kerja di mana?”
“Saya tinggal di komplek Sido Makmur, Pak. Kebetulan saya masih menunggu panggilan kerja tetapi sudah beberapa bulan belum ada kabar.” jawabnya dengan jujur.
“Memangnya kamu lulusan apa?” tanya Pak Bima kepada Randi.
“S1 jurusan Manajemen Bisnis Syariah, Pak.” jawabnya.
“Bagaimana kalau kamu bekerja di perusahaan saya?”
“Ini kartu nama saya. Jika tertarik, besok datang saja ke kantor dan bilang kalo saya yang menyuruh.” lanjut Pak Bima.
“Saya rasa kamu adalah pemuda yang jujur, dan perusahaan saya membutuhkan karyawan yang jujur dan memiliki dedikasi tinggi seperti kamu ini. Lihat dompet ini. Kalau kamu mau, pasti sudah kamu ambil isinya dan buang dompetnya. Tapi, justru kamu kembalikan.” jelas Pak Bima.
Randi sungguh tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti ini. Ia berterima kasih kepada Pak Bima, dan kemudian berpamitan untuk menyiapkan kebutuhan besok.
Nilai-Nilai dalam Cerpen
Dalam cerpen tersebut, ditunjukkan tokoh Randi yang sedang kesulitan mencari pekerjaan. Kemudian, ia menemukan sebuah dompet. Alih-alih mengambil isinya, Randi justru mengembalikan dompet tersebut kepada pemiliknya.
Nilai yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah nilai moral, yaitu tetap berbuat jujur meskipun tidak ada seorang pun yang melihat atau walaupun sedang dalam kesulitan sekalipun. Dengan kejujuran tokoh tersebut, akhirnya ia justru memperoleh keberuntungan. (int)
Komentar
Posting Komentar