(Penulis: Erwin Hartono)
"Nak, hidup itu harus jujur. Jangan engkau suka menyimpangkan hidup dan berbohong," demikian kata Emak dulu.
Sebagai orang tua memang sudah seharusnya mengajarkan kejujuran kepada anak-anaknya. Mengajarkan hidup tanpa kebohongan. Orang tua harus membangun pondasi ini sejak dini, sehingga perkebangan anak-anaknya ke depan menjadi seorang yang bermental jujur.
Tak ada orang tua yang mengajari anaknya pintar berbohong. Orang tua selalu mengajari anak dengan kejujuran. Itu konsep dasar yang diajarkan.
Tetapi kalau ada seorang, orang tua, bahkan sudah berusia nenek-nenek malah mempertontonkan ujaran bohong di republik ini, bagaimana lagi bisa orang percaya kepadanya, termasuk yang mendukung kebohongannya. Sebab bila kita mendukung kata-kata bohong tersebut, kita sama saja seperti dia, "tukang bohong".
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bohong artinya tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya; dusta.
Menurut hukum taurat, tita kesembilan "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu."
Perintah ini terdapat dalam Kitab Keluaran 20:16. Hal ini tidak hanya menyuruh kita untuk tidak memfitnah. Sejarah agama Kristen selalu mengingatkan untuk berkata jujur.
Sayangnya, banyak orang yang sangat sulit untuk jujur. Ia rela berbohong kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Hal ini dilakukan karena meterialitas. Ya, apalagi kalau bukan uang, ketenaran, dan nilai politis lainnya.
Sebagai manusia, kita sering menjatuhkan sesama kita hanya demi uang atau jabatan. Kita merendahkan nama baik dan martabat. Yang paling parahnya, kita sampai melupakan Tuhan yang selalu melihat dan mengamati perbuatan kita.
"Perbuatan seperti apa yang dituntut dalam perintah Tuhan nomor sembilan ini?"
Selalu berkata jujur. Ingat, kejujuran itu mahal harganya. Biarlah kita dibenci orang karena kejujuran yang kita lakukan. Dibenci oleh manusia lebih baik ketimbang dibenci oleh Tuhan Allah.
Selalu menjaga dan memperjuangkan kebenaran. Tolaklah bayaran ketika seseorang meminta untuk berbohong. Uang itu dicari dengan cara yang benar, bukan dengan cara licik seperti berbohong.
Jabatan itu didapat dari perbuatan dan pekerjaan yang kita lakukan dengan baik, bukan karena menebar kebohongan.
“Mulutmu adalah harimaumu”. Jagalah mulut kita sebaik-baiknya. Berkatalah apa adanya. Jangan melebih-lebihkan atau menguranginya. Kalau kamu tidak menjaga mulutmu, bukan hanya orang lain saja yang akan rugi. Akan tetapi, kamu juga akan dirugikan.
Jagalah hubungan dengan sesama. Terutama yang berkaitan dengan nasib hidupnya. Walaupun berkata jujur itu sangat sulit, berlatihlah dari sekarang. Ingat “alla bisa karena biasa”. Dengan membiasakan hidup jujur, maka ini akan menjadi kebiasaan hingga tua nanti. ***
Komentar
Posting Komentar