Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Pengisap Darah

Karya: Erwin Hartono https://bit.ly/3RYyOzN Membeku atau dungu dungu atau membeku berjalin satu dalam seruan lambaian kata tak lagi terdengar lambaian tangis tanpa derai air mata sebab air mata sudah kerontang tersisa darah yang siap kau isap. Pekanbaru, 13 Oktober 2022

Laskar Digital Hadapi Covid

  Teaterikal Puisi (by: Erwin Hartono) Google meet….google meet Classroom….. Classroom Kami laskar digital Zoom meet….zoom meet Classroom….. Classroom Kami laskar digital Zoom meet….zoom meet Hadapi covid-19 Hidup laskar digital A: Ada pelajaran lewat zoom, matikan saja kameranya. Yang penting masuk kelas. Lanjut tidur, lanjut main, atau makan segala makanan, sambil dengar pelajaran. Ah ogah, ah malas. Buka saja zoomnya, lalu tinggalkan, kan lebih asyik bermain-main, toh guru tak tahu atau memang sudah tahu guru tentang cara belajar kami. Maju laskar digital B: Lagi PH Ilmu pengetahuan Alam (IPA), PH Matematika di classroom. Ah…..serahkan guru les saja, selesai. Nilainya pasti tinggi. Kebetulan guru les sedang sakit, kasih tunjuk kakak atau mama.  Suatu saat PH IPS dan Bahasa Indonesia di class room, tak ada orang di rumah yang bisa diminta tunjuk, cari saja tetangga untuk mengisi PH-nya, beres. Tetapi ada juga di antara kami yang tak peduli dengan PH, mau hancur-hancuran nilai, biar a

Si Kelingking

  Dahulu, hiduplah sepasang suami istri di sebuah desa di Pulau Belitung. Walaupun hidup miskin, mereka tetap rukun dan bahagia. Namun, mereka belum mempunyai anak. Mereka tidak putus asa, hampir setiap saat berdoa kepada Tuhan. “Ya, Tuhan! Karuniakanlah kami seorang anak, walaupun sebesar kelingking!” Itulah doa yang selalu mereka panjatkan. Tidak berapa lama sang istri mengandung. Beberapa bulan kemudian, sang istri pun melahirkan. Alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat bayinya hanya sebesar kelingking. Oleh karena itu, mereka memberinya nama Kelingking. Si Kelingking mempunyai kebiasaan aneh. Walaupun badannya sangat kecil, tetapi si Kelingking mampu menghabiskan makanan yang banyak. Orang tuanya jadi sering kerepotan. Mereka miskin. Untuk makan sehari-hari saja susah. Ditambah kerakusan si kelingking, maka kesabaran mereka jadi hilang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuang jauh-jauh Si Kelingking. Pada suatu hari, sang ayah mengajak si Kelingking ke hutan untuk mencari ka

Batu Gantung

Konon pada zaman dahulu di sebuah desa pada tepi Danau Toba. Hiduplah sepasang suami istri yang memiliki seorang anak gadis cantik jelita. Gadis cantik itu bernama Seruni, selain cantik dia juga anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Seruni selalu bersikap sopan dan senang membantu pekerjaan orang tuanya. Suatu hari, Seruni harus berpisah dengan pemuda pujaannya yang bernama Sidoli. Akan tetapi, Sidoli harus pergi merantau untuk mengumpulkan uang sebagai biaya pernikahan. "Danau Toba dan batu-batu disini akan menjadi saksi Sidoli, berjanjilah kau akan kembali lagi," kata Seruni. Sidoli pun menjawab saat di atas sampan sebelum berangkat, "Seruni, aku akan berjanji akan menemuimu lagi di tempat ini. Kita akan segera menikah." Pekerjaan ayah Seruni selain berladang, juga menjadi nelayan penangkap ikan Mujair. Akan tetapi, hasil dari nelayan digunakan untuk berfoya-foya. Hingga ayah Seruni terlilit hutang sangat banyak, hingga tak sanggup membayarnya lagi. "

Legenda Batu Batangkup

Konon, di sebuah dusun di Indragiri Hilir, Riau, hiduplah seorang janda tua yang bernama Mak Minah. Ia hidup bersama ketiga anaknya. Anak pertama dan keduanya laki-laki, bernama Utuh dan Ucin. Sementara anak ketiganya seorang perempuan, bernama Diang. Sejak ditinggal mati suaminya, Mak Minah-lah yang bekerja keras untuk menghidupi ketiga anaknya. Meskipun sudah tua, Mak Minah masih bersemangat dan tekun bekerja.  Setiap pagi, ia sudah bangun, memasak dan mencuci. Setelah pekerjaan rumah beres, Mak Minah segera berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar untuk dijual ke pasar. Hasil penjualannya itulah yang dipakai untuk memenuhi kebutuhannya dan ketiga anaknya. Ketiga anak Mak Minah masih kanak-kanak. Mereka sangat nakal dan pemalas. Sehari-hari mereka hanya bermain. Mereka tidak pernah membantu emaknya yang sudah tua dan mulai sakit-sakitan.  Mereka tidak merasa iba melihat emaknya setiap hari bekerja keras membanting tulang sendirian untuk menghidupi mereka. Bahkan, mereka sering mem

Legenda Batang Tuaka

Kabupaten Indragiri Hilir masuk dalam wilayah Provinsi Riau, Indonesia, dan dijuluki sebagai “Negeri Seribu Parit”. Di daerah ini rawa-rawa terhampar luas dan sungai-sungai terbentang hampir ke seluruh wilayah kecamatan.  Sungai terbesar di daerah ini adalah Sungai Indragiri yang berhulu di Pegunungan Bukit Barisan (Sumatera Barat) dan bermuara di Selat Berhala, sedangkan sungai-sungai lainnya hanya merupakan anak sungai dari Sungai Indragiri.  Salah satu anak sungai yang sangat terkenal di Indragiri Hilir adalah Sungai Batang Tuaka yang berada di Kecamatan Batang Tuaka.   Konon, nama “Sungai Batang Tuaka” diambil dari sebuah cerita legenda yang populer di kalangan masyarakat Indragiri Hilir. Legenda tersebut mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka kepada emaknya, sehingga Tuhan menghukum anak itu karena kedurhakaannya.  Siapakah anak durhaka itu? Bagaimana anak itu durhaka kepada emaknya? Hukuman apa yang Tuhan berikan padanya? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan

Asal Mula Danau Toba

Alkisah pada zaman dahulu kala hiduplan seorang pemuda bernama Toba. Ia adalah seorang yatim piatu. Sehari-hari ia bekerja di ladang. Sesekali dia mencari ikan di sungai yang berada tak jauh dari gubugnya. Ikan hasil tangkapannya biasanya dijadikan sebagai lauk dan sisanya dijual ke pasar. Pada suatu hari Toba memancing sepulang dari Ladang. Ia sangat berharap mendapatkan ikan yang besar yang bisa segera dimasaknya untuk dijadikan lauk. Terpenuhilah harapannya itu. Tak berapa lama ia melemparkan pancingnya ke sungai, mata kailnya telah disambar ikan. Betapa gembiranya ia ketika menarik tali pancingnya dan mendapati seekor ikan besar tersangkut di mata pancingnya. Sejenak toba memperhatikan ikan besar yang berhasil dipancingnya itu.” Ikan yang aneh.” Gumannya. Seumur hidupnya belum pernah dilihatnya ikan seperti itu. Warna ikan itu kekuningan dan sisik-sisiknya kuning keemasan. Terlihat berkilauan sisik-sisik itu ketika terkena sinar matahari. Ketika Toba melepaskan mata kailnya dari mu