Konon pada zaman dahulu di sebuah desa pada tepi Danau Toba. Hiduplah sepasang suami istri yang memiliki seorang anak gadis cantik jelita.
Gadis cantik itu bernama Seruni, selain cantik dia juga anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Seruni selalu bersikap sopan dan senang membantu pekerjaan orang tuanya.
Suatu hari, Seruni harus berpisah dengan pemuda pujaannya yang bernama Sidoli. Akan tetapi, Sidoli harus pergi merantau untuk mengumpulkan uang sebagai biaya pernikahan.
"Danau Toba dan batu-batu disini akan menjadi saksi Sidoli, berjanjilah kau akan kembali lagi," kata Seruni. Sidoli pun menjawab saat di atas sampan sebelum berangkat, "Seruni, aku akan berjanji akan menemuimu lagi di tempat ini. Kita akan segera menikah."
Pekerjaan ayah Seruni selain berladang, juga menjadi nelayan penangkap ikan Mujair. Akan tetapi, hasil dari nelayan digunakan untuk berfoya-foya. Hingga ayah Seruni terlilit hutang sangat banyak, hingga tak sanggup membayarnya lagi.
"Hutangmu sudah terlalu banyak, sudah saatnya kau membayar hutangnya sekarang juga. Jika tidak, kau harus menjodohkan Seruni dengan anak awak," ucap temannya.
"Ehhh... tunggu dulu. Awak bicarakan dulu dengan ibu Seruni," kata ayah Seruni.
Lalu temannya pun menjawab, "Tidak bisa, kau sudah berjanji. Kau tahu kan apa yang terjadi jika kau melanggar janjimu?"
Lalu, ayah Seruni pun bingung. Namun bagaimana lagi, karena tidak ada pilihan lain. Ia harus menjodohkan Seruni dengan anak temannya.
Hingga suatu hari, Seruni mendengar ayahnya sedang berbicara kepada ibunya perihal perjodohan dirinya. Seruni pun menangis mendengar hal tersebut. Ia teringat janjinya kepada Sidoli.
"Bagaimana jika Seruni tidak setuju dijodohkan," kata ibu Seruni.
Ayahnya pun menjawab, "Seruni harus mau dijodohkan, jika tidak kita dalam bahaya besar."
Esok harinya, Seruni pergi ke ladang seperti biasa. Kali ini, ia pergi sendirian ke ladang. Karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Hanya Si Toki anjingnya yang selalu setia menemaninya.
Di ladang, Seruni hanya terdiam. Dia tidak rajin seperti biasanya, wajahnya muram. Sesekali Si Toki menggonggong untuk menarik perhatian Seruni. Namun, Seruni hanya melihat sebentar dan melamun kembali. Seruni sudah tidak tahan menahan kesedihannya, dia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.
"Toki, aku sedang bersedih. Aku bingung, ayahku menjodohkan ku dengan pemuda lain. Sedangkan aku sudah punya kekasih hati. Jika aku tidak menurut ayahku, maka ayah dan ibu dalam bahaya. Jika aku menuruti ayahku, aku tidak mau membuat Sidoli kecewa. Aku harus bagaimana Toki," ucap Seruni kepada anjingnya.
Tangis Seruni pun pecah, Si Toki semakin bingung melihat majikannya menangis. Dia mengendus-endus di pangkuan Seruni. Dengan berderai air mata, Seruni bergegas berjalan menuju Danau Toba.
Si Toki pun segera mengikuti kemanapun majikannya pergi. Toki pun bingung, karena majikannya berjalan sangat cepat menuju tebing Danau Toba. Toki berulang kali menggonggong kepada Seruni.
Ketika sampai di tebing tepi Danau Toba, tiba-tiba Seruni yang sedang menangis terperosok ke dalam lubang batu yang sangat besar. Lubang yang sangat gelap membuat Seruni ketakutan dan berteriak meminta tolong kepada Si Toki anjingnya.
Namun, Toki hanyalah seekor binatang dan tidak dapat berbuat apa-apa selain menggonggong di sekitar lubang tersebut. Seruni pun mulai putus asa, karena tidak kunjung datang pertolongan untuk dirinya.
Seruni pun berteriak, "Parapat, Parapat Batu." Setelah Seruni berkata seperti itu, tanpa diketahui. Dinding-dinding lubang batu mulai merapat. Semakin lama, semakin merapat dan menghimpit tubuh Seruni.
Melihat kondisi majikannya yang semakin tidak tertolong, Si Toki akhirnya berlari pulang. Di rumah, orang tua Seruni baru saja pulang dari desa tetangga. Si Toki berusaha memberitahu, bahwa Seruni dalam keadaan berbahaya dengan menggonggong tanpa henti, mencakar tanah dan mondar mandir di sekitar ayah dan ibu Seruni.
Sadar dengan isyarat dari Toki, orang tua Seruni langsung bergegas mengikuti Toki. Hingga sampai ke tepi lubang tempat anak gadis mereka terperosok. Mereka mendengar suara jeritan anaknya dari dalam lubang.
Akan tetapi, keduanya tidak bisa menolong. Ayah Seruni pun berlari meminta pertolongan warga, tak lama kemudian tetangga mereka berdatangan di tempat lubang Seruni terperosok.
"Pak, lubangnya terlalu dalam dan tidak tembus cahaya. Aku hanya mendengar sayup-sayup suara anak kita yang berkata Parapat Parapat Batu. Bagaimana ini pak," kata ibu Seruni.
Tanpa menjawab pernyataan istrinya, ayah Seruni melihat kedalam lubang dan memutuskan untuk masuk ke dalam menyusul putrinya.
"Bu pegang obor ini, aku akan turun menjemput anak kita," kata ayah Seruni. Ibu pun menjawab, "Jangan gegabah pak, lubang ini sangat berbahaya."
Warga pun juga menjawab, "Benar Pak, lubang ini sangat dalam dan gelap."
Ayah Seruni pun mengurungkan niatnya. Namun tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan guncangan besar yang membuat lubang perlahan-lahan merapat dan tertutup dengan sendirinya.
Seruni yang berada di dalam lubang, akhirnya terhimpit dan tidak dapat diselamatkan. Setelah guncangan berakhir. Di atas lubang yang sudah tertutup itu, munculah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis. Batu itu menggantung di dinding tebing tepi Danau Toba.
Masyarakat mempercayai batu itu adalah batu penjelmaan dari Seruni. Masyarakat memberinya nama Batu Gantung. Ucapan Seruni yang terakhir di dengar warga berupa Parapat Parapat dijadikan nama daerah tempat berada nya Batu Gantung yang dinamakan Kota Parapat.***
*** Disarikan dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar