Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Kartu Pos dan Kartu Ucapan

Para siswa SD Kalam Kudus Pekanbaru sedang berkolaborasi mengimplementasikan penulisan Kartu Pos dan pembuatan Kartu Ucapan di ruang belajar sekolah, Selasa (23/10). Terlihat dari aktivitas belajar, mereka sangat antusias dan terjadi interaksi yang membangun.

Natal Bagi Semua Bangsa

(Karya: Erwin Hartono) Visualisasi Puisi: Renungan Natal Seorang teman pernah bertanya, bolehkah saya merayakan Natal? Saya termenung sejenak, karena tidak mau langsung mengiyakan atau melarang. Di hati saya berkecamuk jawaban apa yang mesti saya berikan. Saya tahu di kelas saya ada pemeluk agama lain. Jawaban saya pasti tidak akan menyesatkan dan memaksakan. Saya katakan kepada teman itu, kalau memang kamu mau merayakan Natal, sangat boleh, sebab siapa pun yang merayakan Natal, itu berarti merayakan kelahiran Kristus, dari agama apapun boleh, sebab Kristus lahir untuk semua orang yang percaya tanpa membatasi agama, suku dan antar golongan. Saya buat ilustrasi tentang kelahiran salah seorang teman bernama Qislin Eng. Kita merayakan kelahiran Qislin Eng dari agama dan suku yang berbeda-beda. Semua manusia boleh rayakan kelahiran Qislin Eng . Nah Tuhan Yesus lahir ke dunia menjadi manusia, itulah ajaibnya Yesus, semua orang boleh merayakannya. Ketika gempa g

Teringat Pesan Emak (Ibu)

(Penulis: Erwin Hartono) "Nak, hidup itu harus jujur. Jangan engkau suka menyimpangkan hidup dan berbohong," demikian kata Emak dulu. Sebagai orang tua memang sudah seharusnya mengajarkan kejujuran kepada anak-anaknya. Mengajarkan hidup tanpa kebohongan. Orang tua harus membangun pondasi ini sejak dini, sehingga perkebangan anak-anaknya ke depan menjadi seorang yang bermental jujur. Tak ada orang tua yang mengajari anaknya pintar berbohong. Orang tua selalu mengajari anak dengan kejujuran. Itu konsep dasar yang diajarkan. Tetapi kalau ada seorang, orang tua, bahkan sudah berusia nenek-nenek malah mempertontonkan ujaran bohong di republik ini, bagaimana lagi bisa orang percaya kepadanya, termasuk yang mendukung kebohongannya. Sebab bila kita mendukung kata-kata bohong tersebut, kita sama saja seperti dia, "tukang bohong". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bohong artinya tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya; dusta. Menur

Air Mata Indonesia

(Karya: Erwin Hartono) Air mata mata air Mengalir deras berpacu tsunami Air mata mata air Bergelombang deras berpacu gempa Seisi laut memenuhi bumi Seisi laut tenggelamkan palu dan donggala Di mana mana air melimpah Di mana mana puing bangunan Di mana mana mayat tergeletak Membuat se-isi bumi terdiam Air mata mata air Dari sabang Air mata mata air Hingga merauke Palu kehilangan Donggala kehilang Aku dan kau kehilangan Air mata mata air Tangisan yang memilukan Tangisan yang memedihkan Tangisan mu…..tangisan Indonesia Air Mata Palu Air Mata Donggala Air mata Indonesia.                                                                                            Pekanbaru, 30 September 2018

Duka Palu Duka Kita

(Karya: Erwin Hartono) Gelombang itu kembali singgahi ibu pertiwi Alunannya bergemuruh membawa maut Mengggulung setinggi gunung Melenyapkan seisi rumah Tanpa sisa Satu-satu nafas berakhir Satu-satu raga tersungkur Bukan karena usia Untuk memuji kuasa Tuhan Gelombang itu kembali menyapa ibu pertiwi Lewat sapaan bencana kematian Satu-satu warga Palu meregang nyawa Satu-satu warga Donggala melepas kehidupan Untuk menerima ujian dari Yang Kuasa Gelombang itu kembali mengingatkan kita Akan pintu tobat pada kaki ilahi Gelombang itu kembali ingatkan kita Akan peristiwa duka cita Gelombang air mata itu kini membasahi bumi Melihat saudara   kehilangan rumah Melihat saudara kehilangan masa depan Melihat saudara kehilangan dunia Gelombang air mata itu bagai tak henti Menitikkan piluku Menitikkan pilumu Menitikkan pilu kita Menitikkan pilu kami Dukamu……dukaku….duka kita……duka kami Duka bangsa.