Langsung ke konten utama

Cerpen



Berebut dengan Tikus
(Karya: Erwin Hartono)

Lonceng jam berdentang bersamaan dengan nyanyian burung hantu yang bersahutan. Sunyi, hening dan gelap malam yang semakin gulita. Aku terbangun dari mimpi. Ternyata sudah seharian aku tidur pada balai di sudut toko kecil milik pamanku yang hampir tutup. Kebetulan aku disuruh menjaga toko ini karena paman sedang pergi berlibur bersama keluarganya ke medan.
Dari sudut toko ini aku melihat di luar sedang hujan rintik-rintik. Agaknya hujan ini sudah lama turunnya, sebab di depan toko ini air menggenang hampir menutup jalan aspal. Sejenak aku berdiam mengawasi ke seluruh deretan toko. Hanya sepi yang terlihat.
Seakan hujan ini belum juga akan berhenti. Kuambil inisiatif untuk menutupnya. Sebab sebagian toko sudah tutup, pada hal baru saja pukul 18.30 WIB. Biasanya toko-toko di kawasan pasar ini tutupnya sekitar pukul 21.00 WIB.
Ketika aku hendak menutup gerbang toko ini, tiba-tiba bola mataku melalak melihat ke sebuah emperan toko yang masih kosong karena belum dihuni. Di sana seorang ibu dengan kedua anaknya sedang berteduh.
Ibu itu sedang menidurkan anaknya yang masih kecil dalam gendongannya. Dia mendekap dan berusaha tidak memberi kesempatan kepada dinginnya malam ini apalagi dalam suasana hujan seperti ini. Betapa kasih sayangnya membuat si anak diam tanpa bergerak.
Sementara anaknya yang lain yang menurut perkiraanku berumur tidak lebih dari lima tahun tengah asyik membuka-buka bungkusan. Anehnya setiap bungkusan yang dibukanya tidak ada apa-apa. Hingga akhirnya pada bungkusan yang terakhir, agak lama dipandangnya, tetap sama tidak ada isinya.
Setelah seluruh bungkusan dibuangnya semua, anak itu kembali ke sisi kanan ibunya dan berusaha menyembunyikan tubuhnya di samping ibunya untuk memperoleh kehangatan. Terlihat tangan si ibu membelai kepala si anak. Dengan lembut diusapnya kepala anak itu.
Tubuh si anak semakin bergetar, sementara tangan-tangan kurus milik si ibu berusaha memberikan kehangatan dan ketenangan. Lalu ibu itu mengeluarkan sebuah bungkusan dari plastik kresek yang bertulis KFC. Kotak pembungkus KFC itu diserahkannya kepada anaknya yang semakin menggigil kedinginan sambil menahan lapar.
Mataku ingin keluar dari kelopaknya melihat peristiwa tersebut. Hatiku seolah tersayat oleh silet. Kucoba mengucek-nguceknya, tetapi tetap tidak berubah. Anak itu memakan kotak bungkusan KFC yang kosong itu. 
Dia memakan tepat pada lukisan yang ada ayam dan nasinya. Kotak bungkusan KFC itu habis dilahapnya. Ibunya hanya bisa tersenyum sambil di bola matanya buliran air telah membasahi pipinya yang lonjong.
Dari kejauhan, aku hanya bisa berdiri, mematung melihat tragedi. Kebodohan membuatku berdiam terpaku, seperti menyaksikan kejuaran tinju dunia, Chris Jhon.
Beberapa ekor kucing dan tikus keluar dari selokan mencari makan tanpa menghiraukan tragedi kehidupan di depan mataku. Tikus-tikus selokan itu begitu gemuknya, sangat berbeda nasib dengan anak dan ibunya yang sedang berteduh di emper toko yang masih kosong itu.
Tikus-tikus itu tidak peduli dengan kehadiran kucing. Bahkan kucing yang ikut berebut makanan dari tong sampah dengan tikus tidak bisa berbuat banyak. Kucing tidak lagi menjadi musuh nomor satu bagi tikus. Kalau menyangkut persoalan perut sepertinya nyali akan tumbuh.
Anak bersama ibunya ini ternyata sama dengan diriku sedang menyaksikan ulah si tikus dan kucing. Di wajah dan tatap mata anak itu menggambarkan keirian ingin berebut makanan basi dan sisa-sisa di tong sampah.
Nurani kemanusiaannya membuat si anak hanya mampu menelan air liur. Tetapi itu tidak membuatnya berdiam diri. Semakin dia memandang tikus-tikus yang berebut makanan bersama kucing di balik tong sampah membuat air liurnya menetes deras.
Dia terlihat semakin melototkan mata ke arah tong sampah, tempat tikus-tikus dan kucing berebut makanan. Seolah berusaha membunuh sifat kemanusiaannya. Dari sini terlihat matanya semakin ingin ke luar memperhatikan ulah tikus yang berebut makanan sisa.
Sejurus kemudian, si anak sudah berada di balik tong sampah. Kehadiran anak ini mengusik tikus dan kucing. Kini anak itu menjadi penguasa tunggal dan berusaha meraih makanan sisa yang terdapat di tong sampah.
Makanan sisa itu langsung dilahapnya tanpa kenal jijik. Pada hal makan sisa di tong sampah itu sudah bercampur lumpur dan kotoran. Sementara ibunya tidak bisa berbuat banyak dan hanya diam mengawasi dari tempat duduknya.
Setelah puas mencari makanan sisa dari balik tong sampah itu, anak itu mendekati ibunya dan membaringkan tubuh kecil dan kurus kerempeng itu dipangkuan ibunya. Tidak berapa lama, dia sudah pulas.
Setelah menidurkan anak sulungnya, sesekali si ibu melirik ke dalam gendongannya untuk melihat kondisi anak bayinya yang baru berumur tiga bulan. Setelah ditatapnya dalam-dalam, anak bayinya masih tenang di dalam gendongan. Lalu membaringkan anak bungsunya itu di lantai teras toko itu.
“Gila betul ibu, itu,” gumam hatiku dari seberang toko.
“Bukankah lantai semen itu dingin sekali, apalagi sedang hujan seperti ini.”
Ibu itu berlalu meninggalkan anak-anaknya menuju arah tong sampah, seolah mencari sesuatu di sana. Apakah dia mencari makanan sisa seperti anaknya tadi. Mungkin akan diberinya kepada anak bayinya itu kalau sudah bangun.
Ternyata dia hanya membawa kardus sebesar bayinya. Setalah dibukanya kardus itu, lalu bayinya dimasukkan. Sambil menangis, lengan si anak dilipatnya. Dan mulailah buliran air dari matanya cukup deras membasahi pipi si ibu yang kurus itu.
Dari tempatku berdiri ini jelas kulihat wajah si ibu ini sebenarnya dulu berparas cantik. Karena gurat-gurat kecantikkannya masih jelas terlihat dari sini.
Mataku berusaha menyelidik perbuatan ibu ini. Sambil menduga-duga, kutatap tajam ke arah mereka. Anak bayinya itu sama sekali tidak bergerak. Lama juga aku memfokuskan tatapan ke arah bayi itu. Sama sekali tidak kulihat nafas turun naik dari tangan yang dilipat ibunya di atas perut si bayi.
“Apakah bayi itu meninggal. Iya, bayi digedongan si ibu tadi meninggal karena kelaparan.”
Kini air mataku mulai menetes. Betapa bodohnya, aku hanya mampu berdiri diam di sini menyaksikan semua itu.
“Betapa tololnya aku, kalau saja tadi kuberi nasi atau susu sekedarnya kepada bayi itu, mungkisan saja bisa selamat. Pada hal toko pamanku ini menjual keperluan pokok rumah tangga, mulai beras hingga susu.” 
“Kalau tadi kuambil dan berikan kepada ibu itu, tentu kejadiannya tidak seperti ini. Toh kalau kuambil sekaleng susu, pamanku tak akan tahu. Oh, aku menyesal sekali sekarang. Kenapa hanya bisa menonton anak yang berebut makan dengan tikus, sementara rasa kemanusiaanku sudah mati bersama


Biodata Penulis  
Nama                           : Erwin Hartono, S.Pd
Tempat, tanggal lahir       : Pekanbaru, 4 Desember 1975
Jenis Kelamin                  : Laki-laki
Alamat                         : Jalan Garuda, No.42 Labuh Baru Timur, Pekanbaru
Tlp/HP                         : 08127647726
e-mail                          : erwinhartono35@yahoo.com

Pengalaman Kerja

 1.  Tahun 2000 menjadi wartawan Riau Mandiri (sekarang Haluan Riau), Menjadi Kepala Pusat Pendidikan Penelitian      dan Pengembangan Harian Riau Mandiri
2.  Sejak tahun 2002 hingga saat ini menjadi Guru SD di Yayasan Kalam Kudus Pekanbaru
3.  Tahun 2003 Guru Ekskul Jurnalistik SMA Kalam Kudus Pekanbaru
4.  Tahun 2003 hingga awal 2005 menjadi Wakil Redaktur Pelaksana (Waredpel) harian Riau Express
5.   Tahun 2005 menjadi Kabiro Riau Mandiri di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil)
6.   Tahun 2007 menjadi Redaktur Harian Metro Riau
7.   Tahun 2008 menjadi wartawan/redaktur Surat Kabar Mingguan Sinar
8.   Tahun 2011 menjadi Redaktur Harian Berita Terkini (Better)
9.   Tahun 2012 menjadi Redaktur Harian Detil (Yube Media Group)
10. Tahun 2013-2016 menjadi Dosen Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Persada Bunda
11. Tahun 2013 Asisten/Wakil Kepala SD Kalam Kudus Pekanbaru Bidang Sarana dan Prasarana
12. Tahun 2014 – sekarang menjadi Wakil Pimpinan Redaksi (Wapimred) bidikberita.com
13. Tahun 2017 menjadi Wakil Pimpinan Redaksi (Wapimred) selasihtv.com
14. Tahun 2017 – sekarang menjadi Asisten/Wakil Kepala SD Kalam Kudus Pekanbaru Bidang Kesiswaan
15. Tahun 2016 – 2018 Pelatih / pembimbing sastra teater dibeberapa sekolah

Karya Buku

 
1. Antologi Puisi “Lima Wajah” (Unri Press 2002)
2. Antologi Cerpen “Terbang Malam” (Yayasan Sagang, Pekanbaru 2002)
3. Antologi Puisi Rohani (Tirta Kencana 2004)
4. Penyusun Buku Kumpulan Puisi “Kemilau Emas di Bangku Sekolah” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2006)
5. Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Fajar Gemilang di Bangku Sekolah” (Yayasan Kalam Kudus
     Indonesia 2007)
6. Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Mutiara Berkilau Terangi Masa Depan” (Yayasan Kalam Kudus
    Indonesia 2008)
7. Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Pelangi di Tengah Hutan Pendidikan” (Yayasan Kalam Kudus  
    Indonesia 2009)
8. Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Mentari Masa Depan” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2010)
9. Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Bintang Harapan Bangsa” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia 2011)
10. Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Tiga Matahari dalam Satu Masa” (Yayasan Kalam Kudus Indonesia
      2012)
11. Penyusun Buku Antologi Cerita dan Puisi “Pahlawan Alam Menggapai Bintang” (Yayasan Kalam Kudus  
      Indonesia 2013)
12. Antologi Cerpen “100 Tahun Cerpen Riau” (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau 2014) 


Editor Buku dan Pengisi Kolom  
1. “Etnis Cina: Antara  Mengangkat Batang Terendam dan Lahan Pemerasan” (Nyoto,  Unilak Press 2002)
2. “Rekonstruksi Problematika Minoritas Tionghoa di Indonesia: Berbagai Kasus, Inpres, Keppres, Undang-undang
     dan Peraturan Diskriminasi” (Nyoto, Unri Press 2002)
3. “Si Anak Tiri Republik: Fenomena Kehidupan Sosial Politik” (Nyoto, Unri Press 2005)
4.  Pengisi kolom pada rubrik religi di Harian Metro Riau sejak 2009-2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolahku Sehat dan Bersih

Infografis. (Valen, Kls 6B) Kebiasaan menjaga Kebersihan Sangat diperlukan disetiap lingkungan terutama di lingkungan sekolah. Setiap anggota sekolah harus menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Untuk menjaga kebersihan sekolah setiap warga sekolah dapat melakukan kegiatan seperti, menjauhi asap rokok, buang Sampah pada tempat nya dan lain-lain. Dengan merawat dan menjaga kebersihan. Lingkungan sekolah menjadi bersih dan lebih nyaman ketika belajar. Jika kita menjaga kebersihan sekolah, sekolah pasti menjadi lebih bersih dan terawat. Menjaga kebersihan sekolah tidak membuat kita rugi. Malahan menimbulkan banyak manfaat bagi kita dan semua orang. Banyak manfaat Jika kita merawat dan menjaga kebersihan. Seperti, lingkungan sekolah menjadi terawat dan bersih, menimbulkan kenyamanan dalam belajar, dan masih banyak lagi manfaat nya. Itu lah manfaat Jika merawat lingkungan sekolah. Dan jika lingkungan sekolah dan kelas bersih, terawat, indah, kita tentu lebih nyaman saat belajar. Tidak han

Infografis Sekolah Sehat

  Infografis Sekolahku Sehat (Asyifa / Kls 6A)

Infografis Sekolahku Bersih

Infografis (Karya: Artika/kelas 6C)