(ilustrasi)
Dahulu
kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin
bersama anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia
selalu membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama
dengan sifat yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah membantu
ibunya.
Selain
pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti.
Tanpa berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang
meskipun sering sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu
menolak.
Suatu
hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah
mereka sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan
membuat putrinya kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai
baju yang sangat bagus. Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan
mengaggumi kecantikannya, sedangkan ibunya berjalan di belakang membawa
keranjang belanjaan, berpakaian sangat dekil layaknya pembantu.
Karena
letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada satu
orang pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata tertuju
kepada kecantikan Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang menghampirinya
dan memandang wajahnya. Namun, penduduk desa pun sangat penasaran, siapa perempuan
tua di belakangnya tersebut.
‘’
Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia
ibumu?’’ Tanya seorang Pemuda.
‘’
Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!.’’ Jawabnya dengan sinis.
Sepanjang
perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya hal yang
sama. Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri
di perlakukan sebagai seorang pembantu.
Pada
awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari
Putri kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya
itu sangat menyakkitkan hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk
pinggir jalan sambil meneteskan air mata.
‘’
Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya
heran.
Beberapa
kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang
di lakukan ibunya, sang anak merasa kebingungan.
‘’
Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.
Sang
ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya
sendiri.
‘’
Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa
mendidik putrid hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah
anak durhaka ini.’’ Doa sang Ibu.
Tiba-tiba,
langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun
turun. Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai
berubah menjadi batu dan sudah mencapai setengah badan. Gadis itu menangis
memohon ampun kepada ibunya. Ia merasa ketakutan.
‘’
Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji
akan menjadi anak yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.
Gadis
tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat. Hukuman
itu tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu.
Gadis durhaka itu hanya menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum
kepalanya menjadi batu, sang ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang
yang berada di sana menyaksikkan peristiwa tersebut. Seluruh tubuh gadis itu
berubah menjadi batu.
Sekalipun
sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air mata
seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya
dengan Batu Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang. (sumber internet)
Komentar
Posting Komentar