Pada hari minggu berikutnya bergabunglah keluarga Bp. Sarkun yang sebelumnya mereka adalah anggota jemaat Gereja Sending HKBP Kulim Pekanbaru. Demikian juga bergabungnya beberapa keluarga dari anggota jemaat GPII (sekarang GMII) Kota Pekanbaru yang bertempat tinggal di Jl. Ramah kasih Gg.Murni Rejosari, yaitu keluarga Bp. M.Simamora dan Kel. J.Tampubolon dan beberapa keluarga lainnya. Setelah itu bergabung lagi keluarga Bp. Kasman Panjaitan, Keluarga Bp. Paijan Paulus Serta Keluarga Bp. Sukidi dari sekitar Jl. Hantuah. Namun pada waktu GPII terjadi perpecahan yaitu GEKARI dan GMII, Keluarga Paijan Paulus masuk menjadi anggota Gereja GEKARI dan kami semua tetap dalam Gereja Misi Injil Indonesia.
Maka dimulailah pembangunan Gedung Gereja GMII “Nehemia” dengan biaya dari penjualan tanah yang berada di Jl Indrapuri, serta bantuan dari beberapa keluarga yang terbeban untuk pembangunan Rumah Tuhan dengan menggunakan design bangunan yang dirancang oleh Bp. Yohanes Wiyarno. ”Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang yahuda dan orang Benyamin,serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatiny digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan Rumah Tuhan yang ada diYerusalem” Ezra 1:5. Bagaimana semangat orang Israel dalam Firman Tuhan ini demikian juga semangat Jemaat GMII Pos PI dalam memulai pembangunan Gedung Gereja. Namun beberapa waktu kemudian datanglah satu mobil anggota Satpol PP dan satu mobil anggota Brimob dari Kepolisian untuk memberhentikan pembangunan gedung Gereja dan bangunan diberi SEGEL, alat-alat tukang semua disita dan dibawa oleh Satpol PP. Kejadian ini membuat kami untuk kembali berdiam diri dalam melanjutkan pembangunan gedung Gereja. Bahkan saya (SULARDI) dipanggil menghadap Pak Lurah Rejosari untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam pembangunan gedung Gereja GMII POS PI Rejosari, bahkan dipanggil ke Koramil/Babinsa, Tata Kota Pekanbaru, serta Kepolisian Pekanbaru. Puji Tuhan, Allah mengutus Bp. D. Tarigan (Polisi) untuk mengurus alat-alat tukang yang disita Satpol PP dan dapat diambil kembali. Namun pembangunan terhenti sampai beberpa tahun.
Terhentinya pembangunan tidak membuat kami undur membangun Rumah Tuhan dengan dimotivasi oleh Pdt. Siduhu beserta ibu membawa kami untuk meminta pertolongan Tuhan dengan diadakannya DOA dan PUASA. Sambil melakukan Doa dan Puasa, pengurus gereja melakukan pendekatan kepada pemerintah setempat (RT, RW, dan KELURAHAN) serta masyarakat Jalan Ramah Kasih Gg. Murni. Akhirnya dapat diadakan musyawarah pemuka masyarakat Ramah Kasih dengan anggota Gereja GMII POS PI Rejosari, diadakan di rumah Pak RT yaitu Bp. Dalijo yang juga dihadiri oleh RW serta Lurah Rejosari. Pertemuan ini menghasilkan keputusan: Pembangunan dapat dilanjutkan hingga dapat dipakai untuk beribadah.
Banyak kenangan indah yang kami alami selama melaksanakan ibadah di rumah keluarga kami, terutama saat ada perayaan (Natal dan Paskah). Keterbatasan ruangan di rumah tinggal menyebabkan perayaan harus dilaksanakan di teras dan halaman. Jemaat harus bergotong royong untuk memasang tenda (saat itu masih zaman terpal/plastik biru) dan membuat pentas dadakan dengan menyusun beberapa lembar papan serta melaksanakan dekorasi. Kondisi cuaca terutama saat bulan Desember yang sering hujan menjadi tantangan tersendiri saat perayaan Natal. Di tengah-tegah acara perayaan Natal berlangsung sebagian jemaat harus berbagi tugas mengatasi air hujan yang tertampung di tenda plastik biru maupun limpasan air hujan yang mengalir di halaman rumah dan sudah tentu selesai acara akan meninggalkan bekas pijakan pada halaman rumah seperti sawah yang baru selesai dibajak. Puji Tuhan, semua itu kami jalani dengan sukacita selama hampir 10 tahun.
Pemakai gedung Gereja GMII Pos PI Rejosari diawali oleh anak-anak Sekolah Minggu pada akhir tahun 1998 serta pada awal
tahun 1999 para pemuda-pemudi pindah dari Jl. Andalas no.2 ke Gedung Gereja Jl. Ramah Kasih. Pada awal Maret 1999 ibadah jemaat dewasa menggunakan gedung Gereja GMII POS PI Rejosari.
Bahkan berkat Tuhan terus mengikuti Jemaat GMII POS PI Rejosari, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku, dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang Masa “Mazmur 23:6 demikian halnya dengan diberikan sebidang tanah untuk pastori (rumah hamba Tuhan) yang terletak di depan gedung Gereja GMII POS PI Rejosari oleh keluarga Almarhum Bp Matio Panjaitan. Tidak hanya sampai di situ bahkan pada tanggal 16 Desember 2001 Gereja GMII POS PI Rejosari di DEWASAKAN oleh Ketua Sinode GMII Pdt. Dr. Dicky Ngelyaratan menjadi GEREJA MISI INJILI INDONESIA JEMAAT “NEHEMIA”. Nama ini diberikan oleh Almarhum Bp. Matio Panjaitan.
Demikianlah cerita ini kami sampaikan sebagai kenangan sejarah berdirinya Gereja Misi Injil Indonesia Jemaat “Nehemia” yang dilayani oleh beberapa hamba Tuhan yang diutus oleh sinode GMII silih berganti.
Disusun Oleh,
Pnt. Soelardi
Komentar
Posting Komentar