Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Asal Usul Ikan Patin

Alkisah hiduplah seorang nelayan tua bernama Awang Gading yang tinggal di Tanah Melayu. Ia tinggal seorang diri di tepi sungai yang luas dan jernih. Namun, hidup seorang diri tidak membuat Awang Gading berkecil hati, ia senantiasa bahagia menjalani hari-harinya karena ia selalu mensyukuri nikmat yang diberi Tuhan kepadanya. Dan yang ia lakukan sehari-harinya adalah menangkap ikan di sungai dan mencari kayu di hutan. Suatu sore, Awang Gading mengail di sungai selepas ia mencari kayu di hutan. Ia berkata “Semoga hari ini aku mendapatkan ikan yang besar.” Usai melemparkan kail ke sungai, ia menghibur dirinya dengan bernyanyi pelan. Tak lama, kailnya pun disentak ikan, ia pun berhati-hati mengangkat kail itu. Namun sayangnya ikan itu pun terlepas. Tidak putus asa, Awang Gading pun memasangkan umpan yang baru dan menunggu ikan memakan umpannya tersebut. Tak lama kailnya tersentak lagi, ia melihat yang menyentak kail itu adalah seekor ikan, tetapi setelah mengangkat kail perlahan, ikan itu p

Putri Mambang Linau

  Bujang Enok pergi mencari kagu ke hutan. Ketika sedang mengikat kagu untuk dibawa pulang, tiba-tiba seekor ular berbisa mendekatinya. Ular itu siap mematuknya. Bujang Enok tak mau mati konyol. Untung saja ia selalu membawa sebilah rotan peninggalan almarhum ayahnya. Dengan sekali pukul, ular berbisa itu langsung mati. Dalam perjalanan pulang, Bujang Enok mendengar suara sekelompok wanita sedang bercakap-cakap. “Tahukah kau, ular berbisa itu sudah mati. Sekarang kita aman, tak ada lagi yang membahayakan kita,” demikian perbincangan mereka. Bujang Enok tak ambil pusing. Ia pikir, mereka hanyalah ibu-ibu yang biasa mencuci di sungai. Sesampainya di rumah, Bujang Enok hendak beristirahat melepas lelah. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat dapurnya penuh dengan makanan lezat. “Siapa yang menyiapkan semua ini? Ibuku sudah lama meninggal, saudara aku tak punya, lalu siapa?” gumannya heran. Namun karena rasa lapar, ia tak berpikir lebih lanjut dan makan dengan lahap. Dalam hati ia berkata,

Cerita Putri Kaca Mayang

  Kota Pekanbaru adalah salah satu Daerah Tingkat II sekaligus sebagai ibukota Provinsi Riau, Indonesia. Sebelum ditemukannya sumber minyak, Pekanbaru hanyalah sebuah kota pelabuhan kecil yang berada di tepi Sungai Siak. Namun, saat ini Pekanbaru telah menjadi kota yang ramai dengan aktivitas perdagangannya. Letaknya yang strategis (berada di simpul segi tiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura), menjadikan Kota Pekanbaru sebagai tempat transit (persinggahan) para wisatawan asing, baik dari Singapura maupun Malaysia, yang hendak berkunjung ke Bukittinggi atau tempat-tempat lain di Sumatera. Keberadaan Kota Pekanbaru yang ramai ini memiliki sejarah dan cerita tersendiri bagi masyarakat Riau. Terdapat dua versi mengenai asal-mula kota ini yaitu versi sejarah dan versi cerita rakyat. Menurut versi sejarah, pada masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun). Dalam perkembangannya, Dusun Senape

TIMUN EMAS

Dahulu di Jawa Tengah ada seorang janda yang sudah tua. Mbok Rondo namanya. Pekerjaannya hanya mencari kayu di hutan. Sudah lama sekali Mbok Rondo ingin mempunyai seorang anak. Tapi dia hanya seorang janda miskin, lagi pula sudah tua. Mana bisa ia mendapatkan anak. Pada suatu hari, sehabis mengumpulkan kayu di hutan, Mbok Rondo duduk beristirahatsambil mengeluh. “Seandainya aku mempunyai anak, hidupku agak ringan sebab ada yang membantuku bekerja,” Tiba-tiba bumi bergetar, seperti ada gempa bumi. Di depan Mbok Rondo muncul raksasa bertubuh besar dan wajahnya menyeramkan. Mbok Rondo takut melihatnya. “Hai, Mbok Rondo, kamu menginginkan anak, ya? Aku bisa mengabulkan keinginanmu,” kata raksasa itu dengan suara keras. “Benarkah?” tanya Mbok Rondo. Rasa takutnya mulai menghilang. “Benar .. . tapi ada syaratnya. Kalau anakmu sudah berumur enam belas tahun, kau harus menyerahkannya kepadaku. Dia akan kujadikan santapanku” jawab raksasa itu. Karena begitu inginnya dia punya anak maka Mbok Ron

Cerita Rakyat Melayu Riau : Legenda Putri Tujuh

            Legenda Putri Tujuh sangat termahsyur di Dumai dan menjadi cerita rakyat melayu Riau. Legenda ini menceritakan tentang sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung yang terdapat di Dumai. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Ratu yang bernama Cik Sima. Ratu ini memiliki tujuh orang putri yang elok nan rupawan. Dari ketujuh putri tersebut, putri bungsulah yang paling cantik, namanya Mayang Sari.           Putri Mayang Sari memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagai delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnya yang panjang dan ikal terurai bagai mayang. Karena itu, sang Putri juga dikenal dengan sebutan Mayang Mengurai.           Seorang pangeran ternama bernama Empang Kuala terpikat dengan kecantikan Mayang Suri. Kemudian ia bermaksud melamar sang gadis. Namun tanpa diduga, pinangan tersebut di tolak oleh sang ratu dengan alasan putri tertua lah yang harus menikah terlebih d

Legenda Batu Menangis

  (ilustrasi) Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin bersama anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia selalu membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama dengan sifat yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya. Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti. Tanpa berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang meskipun sering sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak. Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah mereka sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat putrinya kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang sangat bagus. Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi kecantikannya, sedangkan ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan, berpaka